10 Kisah Penemu Muslim Yang Bersejarah Di Seluruh Dunia




10 Kisah Bersejarah Penemu Muslim Di Seluruh Dunia



Mengenalkan tokoh-tokoh besar Islam pada anak akan memberikan imej kepribadian unggul yang akan jadi teladan bagi anak. Anak akan menjadi termotivasi untuk mempelajari alam ciptaan Allah seperti tokoh-tokoh ini. Anak akan banyak berinisiatif untuk meneruskan tongkat  estafet menjadi pemimpin di muka bumi.
Anak menjadi terdorong untuk berkarya seperti para penemu ini. Orang-orang yang menjadi rahmatan  lil alamin. Kelak anak-anak akan bisa menggenggam dunia namun tetap menjaga agar hanya Allah yang ada  di dalam hatinya. Layaknya para tokoh besar Islam ini.
1. Orang Pertama Terbang Di Udara Abbas Bin Firnas.

Siapakah manusia pertama yang berhasil terbang? Kebanyakan akan menjawab Wright Bersaudara. Namun lebih dari 1000 tahun sebelum Wright Bersaudara menciptakan pesawat, Abbas bin Firnas sudah berhasil terbang di udara.
Abbas bin Firnas senang memperhatikan ciptaan Allah di langit. Ia memperhatikan betapa menakjubkannya kebesaran Allah yang menerbangkan burung-burung di udara. Ini yang memotivasi Abbas bin Firnas untuk bisa memahami kebesaran Allah di langit.
Abbas bin Firnas berhasil terbang selama lebih dari 10 menit. Jauh lebih lama dari penerbangan pertama Wright Bersaudara 1 milenium kemudian yakni 12 detik.
Abbas bin Firnas bukan hanya berkarya dalam penerbangan. Ia dikenal juga sebagai ahli sastra, musik, dan astronomi.
Di Cordoba, Spanyol, masih berdiri patung Abbas bin Firnas untuk menghormati karya dan dedikasi beliau terhadap dunia kedirgantaraan.
Jika anak Anda menyukai burung, pesawat, dan angkasa, menceritakan kisah Abbas bin Firnas menjadi satu keharusan. Siapa tahu kelak ia bisa seperti BJ Habibie.
Sejak zaman dahulu, berbagai bangsa sudah berangan-angan untuk bisa terbang. Ada artefak arkeologi yang menunjukkan bangsa Maya sudah menggambar sketsa manusia  yang bisa terbang sejak tahun 3000 sebelum masehi. Sementara itu ada juga artefak serupa dari tahun 3150 SM di Mesir, tahun 2500 SM di Yunani, dan tahun 2000 SM di Babilonia.

Hingga akhirnya pada abad ke-9 Masehi, seorang penemu muslim, Abbas bin Firnas, membuktikan bahwa manusia bisa terbang di angkasa atas seizin Allah dengan bantuan sayap seperti burung. Abbas bin Firnas merancang sayapnya agar bisa menyokong berat manusia.
Keimanan Abbas bin Firnas memotivasi dirinya untuk mengagumi kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Abbas bin Firnas memperhatikan ciri-ciri dan anatomi burung. Kejelian dan ketekunan mengobservasi burung menginspirasinya untuk membuat mesin terbang yang memiliki struktur sayap, badan, dan ekor.
Cara burung terbang bukan hanya menjadi inspirasi Abbas bin Firnas. Bahkan industri kedirgantaraan modern pun menggunakan mekanisme burung terbang sebagai landasan risetnya. Penelitian ilmiah terhadap struktur tubuh burung dan juga kondisi lingkungan yang membuat burung bisa terbang sangat dipelajari di Barat.
Burung mengepakkan sayapnya untuk memanfaatkan dorongan ketika terbang. Perubahan posisi sudut sayap burung menciptakan gaya angkat. Sementara itu, pesawat terbang memanfaatkan daya dorong dari mesin. Perubahan sudut pada pesawat ada karena bentuk flap sehingga membuatnya bisa terangkat.
Saat mendarat, burung menyesuaikan posisi sayapnya sehingga tubuhnya mendapat tarikan. Sementara ekornya bertindak mengarahkan manuver terbang dan juga menurunkan kecepatan di udara.
Sementara itu pesawat terbang mengubah posisi flap pendaratan di sayapnya untuk meningkatkan tarikan sehingga dorongan berkurang. Ekor pesawat digunakan untuk bermanuver dan juga membuat pesawat lebih stabil.
Sayap pesawat terbang juga dirancang menyesuaikan bentuk sayap burung. Insinyur mendesain bentuk sayap pesawat terbang berdasarkan struktur sayap burung yang bisa menekuk ke  atas dan kebawah. Bentuk aerodinamis yang luar biasa dari sayap burung membuat badannya bisa terangkat saat dikepakkan untuk take off dan landing.
Pada abad ke-17, Giovanni Alfonso Borelli, seorang penemu berkebangsaan Italia, mempelajari struktur tubuh burung. Penelitiannya menjadi referensi pembuatan pesawat terbang di abad ke-20.
2. Al Jazari Sang Insinyur Mesin.

Bicara soal robot, tak ayal kita juga akan mengingat Negara Jepang sebagai pelopor industri robot-robot cerdas dewasa ini. Tetapi  siapa orang yang pertama kali menemukan sistem robotika modern?




Ibnu Ismail Al Jazari, lahir di  Al Jazira, tepatnya antara Sungai tigris dan Efrat. Nama lengkapnya Badi Al-Zaman Abullezz Ibn Alrazz Al-Jazari. Dia tinggal di Diyar Bakir, Turki, selama abad kedua belas. Seorang insinyur mesin, Al Jazari mengembangkan jam yang bisa digunakan untuk menentukan waktu shalat, puasa, dan haji.

Seperti ayahnya ia mengabdi pada raja-raja Urtuq atau Artuqid di Diyar Bakir dari 1174 sampai 1200 sebagai ahli teknik. Di masanya, Al Jazari yang telah mampu menciptakan robot manusia (humanoid) yang bisa diprogram. Al Jazari mengembangkan prinsip hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin robot, itu dikerjakan dengan akurat. Ia mempelajari  bagaimana air yang mengalir bisa digunakan untuk menggerakkan jam dengan akurasi yang cukup tinggi.

Al Jazari juga ingin mempermudah umat Islam berwudlu. Ini mendorongnya untuk membuat mesin pompa air. Berkat Al Jazari, dalam catatan sejarah orang-orang di Turki abad ke-12 mampu beribadah dengan lebih nyaman.

Penemuan penting lainnya dari Al Jazari adalah pencuci tangan otomatis. Keran tersebut bekerja otomatis bisa mengeluarkan air tanpa harus diputar. Sistem pencuci tangan yang dikembangkan Al Jazari itu juga digunakan saat ini dalam sistem kerja toilet modern.

Teknologi yang dikembangkan Al Jazari mencapai 50 jenis dan semua ditulis dalam kitab yang berjudul "The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices"

Seorang ahli teknik Inggris, Donal Hill begitu kagum dengan pencapaian Al Jazari. Ia berpendapat, ”Tak mungkin mengabaikan hasil karya Al-Jazari yang begitu penting. Dalam bukunya, ia begitu detail memaparkan instruksi untuk mendesain, merakit, dan membuat sebuah mesin."

Salah satu karya Al Jazari yang membuat Donald Hill kagum adalah jam gajah - diciptakan sekitar tahun 1206. Cara kerjanya dengan tenaga air dan berat benda untuk menggerakkan secara otomatis sistem mekanis, yang dalam interval tertentu akan memberikan suara simbal dan burung berkicau. Replika jam gajah dapat dilihat saat ini di London Science Museum.

Pada acara World of Islam Festival yang diselenggarakan di Inggris pada 1976, banyak orang yang berdecak kagum dengan hasil karya Al-Jazari. Ketertarikan Donald Hill terhadap karya Al-Jazari membuatnya terdorong untuk menerjemahkan karya Al-Jazari pada 1974, atau enam abad dan enam puluh delapan tahun setelah pengarangnya menyelesaikan karyanya.
Jika anak Anda ingin menjadi ahli permesinan, kenalkanlah Al Jazari. Karyanya membuat dia terkenal di dunia sekaligus menjadi bekal amal di akhirat.
3. Laksamana Cheng Ho Pelaut Yang Menjelajah Dunia.

Laksamana Cheng Ho ini sangat terkenal di Indonesia. Ia datang ke Nusantara dan 37 negara lainnya membawa pesan perdamaian. Berbeda dengan Vasco da Gama maupun Christopher Colombus yang datang untuk menjajah negeri yang didatangi. Justru negeri yang dikunjungi Cheng Ho menjadi lebih makmur karena pesan dakwah Islam yang menyebarkan kedamaian dan kebenaran.
Nama Cheng Ho udah nggak asing lagi buat kita. Tapi, nggak banyak yang benar-benar tahu siapa dia sebenarnya dan bagaimana namanya sangat dikenal di Indonesia. Lahir dengan nama Ma He, Cheng Ho adalah laksamana asal Provinsi Yunnan, Tiongkok. Dia berasal dari suku Hui yang merupakan salah satu suku terbesar di Tiongkok. FYI, suku Hui dikenal dengan masyarakat pemeluk agama Islam lho.
Saat masih muda, Cheng Ho dikenal sebagai kasim muslim yang dipercaya Kaisar Zhu Di (kaisar ketiga Dinasti Ming). Dia super pemberani dan nggak gentar menunjukkan kehebatan.
Di kekaisaran, Cheng Ho biasa disapa Kasim San Bao. Kalau diucapkan dalam dialek Fujian, nama ini terdengar seperti San Po, Sam Poo, atau Sam Po. That’s why, Laksamana Cheng Ho juga dikenal dengan nama Sam Po Kong.
Pada 1368, kekaisaran Tiongkok mengalami kemunduran karena jatuhnya Dinasti Mongol. Dengan keberaniannya, Cheng Ho menawarkan diri buat melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia buat mengembalikan kejayaan Tiongkok. Niat Cheng Ho ini disambut rasa bangga dan terharu dari sang kaisar. 
Pemimpin kapal yang bernama asli Ma He ini (Ma diambil dari kata Muhammad) memiliki ukuran kapal yang sangat besar. Panjangnya lebih dari 130 meter dan dibuat tanpa besi. Ukuran kapalnya 5 kali kapal Vasco da Gama. Bahkan ilmu engineering saat ini masih belum bisa membuat ulang kapal laut milik Cheng Ho.
Ekspedisi itu dimulai sejak 1405 dan membawa Cheng Ho ke negara-negara Asia, Timur Tengah, sampai Afrika. Alhasil, perjalanan ini dilabeli sebagai salah satu ekspedisi dengan armada paling besar dan hebat sepanjang masa. Bayangkan saja, ekspedisi ini melibatkan 300 kapal dengan 30 ribu kru yang terdiri dari tentara, kartografer, ahli astronomi, sampai sarjana alam. Wow!
Nggak cuma itu, kapal kayu yang digunakan pun disebut-sebut sebagai kapal laut terbesar sepanjang masa dengan panjang138 meter dan lebar 56 meter. Kapal milik Vasco da Gama dan Christopher Columbus yang dikenal sebagai penakluk dunia nggak ada apa-apanya lho. Kalau dibandingkan, gabungan kapal keduanya cuma sebesar satu geladak kapal Cheng Ho. Padahal, pelayaran Cheng Ho dilakukan 100 tahun lebih dulu.
Berikut ini gambar perbandingan ukuran  kapal Cheng Ho dan Colombus ini mendeskripsikan betapa  besarnya kapal Cheng Ho ini.




4. Koca Mimar Sinan Sang Arsitek.

Anak Anda ingin jadi arsitek? Kenalkanlah dengan Sinan, arsitek besar abad ke-16.
Sinan ini bernama lengkap Koca Mimar Sinan. Ia berasal dari keluarga Kristen Ortodoks Yunani namun mendapat hidayah dan masuk ke dalam agama Islam.
Sinan telah membangun lebih dari 470 bangunan megah di zaman Turki Utsmani. Karya besarnya adalah Masjid Selimiye di Edime. Masjid Selimiye ini memiliki menara antigempa tertinggi di Turki.
Koca Mi'mâr Sinân Âğâ (Turki Ottoman: خواجه معمار سنان آغا; Turki ModernMimar Sinan) (c. 1489/1490 – 17 Juli 1588) adalah kepala Ottoman arsitek (Turki: "Mimar") dan insinyur sipil untuk sultan SuleimanSelim II, dan Murad III. Dia bertanggung jawab untuk pembangunan lebih dari tiga ratus struktur utama dan proyek-proyek yang lebih sederhana lainnya, seperti sekolah dasar Islamnya (mektebs sibyan).
Sebagai putra seorang tukang batu, ia menerima pendidikan teknis dan menjadi seorang insinyur militer. Dia naik dengan cepat melalui pangkat untuk menjadi perwira pertama dan akhirnya komandan Yanisari, dengan gelar kehormatan dari ağa. Dia menyempurnakan keterampilan arsitektur dan rekayasa saat kampanye dengan Yenicheri, menjadi ahli dalam membangun benteng dari segala jenis, serta proyek-proyek infrastruktur militer, seperti jalan, jembatan dan saluran air. Sekitar usia lima puluh, ia diangkat sebagai kepala arsitek kerajaan, menerapkan keterampilan teknis yang telah diperoleh dalam tentara dengan "penciptaan bangunan keagamaan baik" dan struktur sipil dari semua jenis. Dia tetap di pos selama hampir lima puluh tahun.

Karya-nya adalah Masjid Selimiye di Edirne, meskipun karyanya yang paling terkenal adalah Masjid Süleymaniye di Istanbul. Ia mengepalai sebuah departemen pemerintah yang luas dan banyak asisten terlatih yang, pada gilirannya, membedakan diri, termasuk Mehmed Sedefkar Agha, arsitek Masjid Sultan Ahmed. Dia dianggap sebagai arsitek terbesar dari periode klasik arsitektur Ottoman, dan telah dibandingkan dengan Michelangelo, yang kontemporer di Barat. Michelangelo dan rencananya untuk Basilika Santo Petrus di Roma yang terkenal di Istanbul, sejak Leonardo da Vinci dan dia telah diundang, pada 1502 dan 1505 masing-masing, oleh Sublime Porte untuk menyerahkan rencana untuk jembatan mencakup Golden Horn.
5. Jabir Ibnu Hayyan  Pengembang Aroma Parfum.

Anak Anda suka wangi parfum? Kenalkanlah dengan Jabir ibnu Hayyan. Sudah sejak abad ke-8 ia menyempurnakan proses pembuatan parfum.
Kalau anak Anda menyukai percobaan kimia, Ibnu Hayyan inilah yang membuat proses sublimasi, pencairan, kristalisasi, distilasi, pemurnian, oksidasi, dan berbagai percobaan kimia lainnya.
Dia adalah salah satu ilmuwan muslim besar yang dikenal sebagai “the father of modern chemistry”. Jabir Ibn Hayyan (keturunan Arab, walaupun sebagian orang menyebutnya keturunan Persia), merupakan seorang muslim yang ahli dibidang kimia, farmasi, fisika, filosofi dan astronomi.Jabir Ibn Hayyan (yang hidup di abad ke-7) telah mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari oleh manusia.


Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar untuk berkembangnya ilmu kimia dan tehnik kimia modern saat ini. Jabir Ibn Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas.


Jabir Ibn Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.




Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok senyawa, maka lihatlah apa yang pertamakali dilakukan oleh Jabir. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa berikut:
1) “Spirits“ yang menguap ketika dipanaskan, seperti camphor, arsen dan amonium klorida.
2) “Metals” seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi; dan
3) “Stones” yang dapat dikonversi menjadi bentuk serbuk.
Salah satu pernyataannya yang paling terkenal adalah: “The first essential in chemistry, is that you should perform practical work and conduct experiments, for he who performs not practical work nor makes experiments will never attain the least degree of mastery.”




Pada abad pertengahan, penelitian-penelitian Jabir tentang Alchemy diterjemahkan kedalam bahasa Latin, dan menjadi textbook standar untuk para ahli kimia eropa. Beberapa diantaranya adalah Kitab al-Kimya (diterjemahkan oleh Robert of Chester – 1144) dan Kitab al-Sab’een (diterjemahkan oleh Gerard of Cremona – 1187). Beberapa tulisa Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot kedalam beberapa buku berjudul: Book of the Kingdom, Book of the Balances dan Book of Eastern Mercury. Beberapa istilah tehnik yang ditemukan dan digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia internasional, seperti istilah “Alkali”, dsb.

6. Ibnu Battuta Sang Penjelajah Dunia.

Anak Anda senang berjalan-jalan? Senang berpetualang? Kenalkanlah pada Ibnu Battuta.
Ibnu Battuta hidup pada abad ke-14. Pada usianya yang baru 21 tahun, Ibnu Battuta berkelana selama 29 tahun. Ia telah mengunjungi 44 negara, mulai dari  Afrika, Mesir, Suriah, Persia, Teluk Arab, Anatolia, Turkistan, Afghanistan, India, Maladewa, Srilanka, Bengal, Sumatera, Tiongkok, Sardinia, dan Spanyol.
Perjalanannya ini bertujuan untuk berdakwah. Bukan untuk menguasai dan menjajah daerah yang ia kunjungi. Ibnu Battuta menyebarkan kebenaran di tiap daerah yang ia kunjungi.
Dari petualangannya ini, Ibnu Battuta membuat buku berjudul Ar-Rihlah. Dengan membaca buku ini, kita bisa tahu sisi sejarah Islam yang sekarang sudah tertutupi.
Profil dan Biografi Ibnu Battuta. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati atau Shams ad - Din atau lebih dikenal orang dengan nama Ibnu Battuta lahir pada 24 Februari 1304 M (723 H) di Tangier Maroko. Ibnu Battuta dikenal karena petualangannya mengelilingi dunia. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya selama rentang waktu 1325-1354 M atau tiga kali lebih panjang dari jarak yang telah ditempuh oleh Marco Polo. Seluruh catatan perjalanan dan pengalaman Ibnu Battuta selama pengembaraan ditulis ulang oleh Ibnu Jauzi seorang penyair dan penulis buku kesultanan Maroko.
Ibnu Jauzi menuliskannya berdasarkan paparan lisan yang didiktekan langsung oleh Ibnu Battuta. Penulisan buku ini diprakarsai oleh Sultan Maroko saat itu, Abu Inan. Buku ini disusun selama dua tahun dan diberi judul "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar" atau lebih dikenal dengan "Rihla Ibnu Battuta".




Pada usia sekitar dua puluh tahun, Tujuan awal perjalanan Ibnu Battuta adalah menunaikan ibadah haji pada tahun 1325 M, tetapi tujuan awalnya itu telah membawanya menuju penjelajahan 30 tahun yang gemilang. Perjalanan awal Ibnu Battuta di mulai dari Tangier menuju Mekkah. Untuk Menghindari berbagai resiko buruk seperti diserang perampok, selama perjalanan Ibnu Battuta bergabung dengan kafilah yang akan menuju Mesir. Bersama Kafilah itu, Ibnu Battuta dengan menyusuri hutan, bukit dan pegunungan bergerak menuju Tlemcen, Bejaia lalu kemudian tiba di Tunisia dan tinggal di sana selama dua bulan.

Dari Tunisia, Ibnu Battuta dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Libya. Sejak meninggalkan Tangier hingga Libya Ibnu Battuta telah menempuh perjalanan darat sejauh hampir 3.500 km melintasi Afrika Utara. Delapan bulan sebelum musim ibadah haji dimulai Ibnu Battuta memutuskan untuk mengunjungi Kairo. Pada tahun 1326 M, Ibnu Battuta dan rombongannya tiba di Pelabuhan Alexandria di ujung barat delta sungai Nil. Ibnu Battuta sangat terkesan melihat pelabuhan Alexandria dan menurutnya Alexandria adalah satu dari lima tempat paling menakjubkan yang pernah dia kunjungi. Saat itu Alexandria merupakan pelabuhan yang sangat sibuk dengan berbagai aktifitas dan berada di bawah kendali Kerajaan Mamluk.

Setelah beberapa pekan di Alexandria lalu Ibnu Battuta singgah di Kairo beberapa saat dan langsung melanjutkan perjalanannya ke Damaskus dengan pengawasan ketat dari Kerajaan Mamluk. Di Damaskus Ibnu Battuta menghabiskan bulan Ramadhan dan menggunakan waktunya untuk belajar, bertemu dengan beberapa guru, orang-orang terpelajar dan para hakim setempat. Selama 24 hari di Damaskus, kemudian Ibnu Battuta melanjutkan perjalanannya ke Mekkah melalui Jalur Suriah. Sepanjang jalur itu Ibnu Battuta banyak mengunjungi tempat-tempat suci. Al-Khalil (Hebron), Al-Quds (Jerusalem), Bethlehem adalah beberapa tempat yang dikunjunginya. Selama seminggu di Jerusalem, Ibnu Battuta mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu.




Menjelang musim haji dimulai dan setelah bulan ramadhan selesai, Ibnu Battuta meninggalkan Damaskus dan bergabung kembali dengan rombongan haji lainnya untuk melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Di bawah pengawasan Kerajaan Mamluk yang menjamin keamanan para jemaah haji, maka Ibnu Battuta dan rombongannya dapat tiba di Madinah dengan selamat. Setibanya di Madinah Ibnu Battuta tinggal selama empat hari lalu bergegas menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah hajinya. Setelah menyempurnakan ritual hajinya, Ibnu Battuta tidak pulang ke Tangier tetapi dia memutuskan untuk melanjutkan pengembaraannya ke Irak dan Iran.

Setelah pengembaraannya dari Irak dan iran, Ibnu Battuta kembali lagi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Hajinya yang kedua. Garis besar perjalanan Ibnu Battuta berawal dari Maroko menuju Aljazair, Tunisia, Mesir, Palestina, Suriah dan tiba di Mekkah. Setelah mengembara ke Irak, Shiraz dan Mesopotamia Ibnu Battuta melaksanakan ibadah haji yang kedua dan tinggal di Mekkah selama tiga tahun. Kemudian dia pergi ke Jeddah dan melanjutkan perjalanan ke Yaman melalui jalur laut kemudian singgah di Aden dan meneruskan perjalanannya ke Mombasa Afrika Timur.

Pada tahun 1332 setelah dari Kulwa, Ibnu Battuta pergi ke Oman melalui Selat Hormuz, Siraf, Bahrain dan Yamama untuk kembali melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Setelah itu Ibnu Battuta memutuskan untuk pergi ke India melalui Jeddah, namun dia berubah pikiran dan memutuskan untuk kembali mengunjungi Kairo, Palestina dan Suriah.Setibanya di sana, Ibnu Battuta melanjutkan kembali perjalanannya ke Asia Kecil (Aleya) melalui jalur laut menuju Anatolia dan meneruskan petualangannya dengan melintasi laut hitam.




Setelah beberapa lama dan berada dalam perjalanan yang penuh bahaya, akhirnya Ibnu Battuta tiba di Turki melalui Selatan Ukraina. Ibnu Battuta kemudian meneruskan penjelajahannya ke Khurasan dan mengunjungi kota-kota penting seperti Bukhara, Balkh, Herat dan Nishapur. Ibnu Battuta melintasi pegunungan Hindukush untuk tiba di Afghanistan untuk selanjutnya masuk ke India melalui Ghani dan Kabul.


7. Ibnu Al Haytham Penemu Cara Kerja Optik.


Pernahkah anak Anda bertanya bagaimanakah kita bisa melihat? Bagaimanakah Allah membuat mata kita bisa bekerja? Pertanyaan ini yang berhasil dijawab oleh Ibnu Al Haytham. Hasil penelitiannya ini yang menjadi dasar kerja kamera yang ada di ponsel Anda saat ini.

Lahir dengan nama Abu Ali Muhammad al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen. Beliau adalah seorang cendikiawan muslim yang jarang bahkan hampir kita tidak mengenalnya namun cukup terkenal bagi ilmuwan ilmuwan barat.




Karena Karya dan hasil penelitian beliau digunakan sebagai rujukan dan dasar untuk penelitian-penelitian di Eropa dan  dunia Barat sama seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Gabert yang karya dan hasil penelitiannya menjadi rujukan di dunia Barat.

Bahkan penelitian beliau tentang optik telah menjadi ilham bagi ilmuwan barat seperti Kepler dan Roger Bacon dalam membuat Teleskop dan Mikroskop. Yang mana dalam teleskop dan mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sulit dilihat oleh mata. Berikut Biografi, Karya-Karya Abu Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitaham (Al-Hazen), dan Kontribusinya bagi Sains dan ilmu pengetahuan.


Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen merupakan kelahiran Iraq. Alhazen dilahirkan di Al-Basrah pada tahun 354 Hijriah atau 965 Masehi dan meninggal pada tahun 1039 Masehi di Kairo, Mesir. Alhazen merupakan ahli sains, matematika, filosofi, astronomi, dan polimath dari masa ke-emasan Kekaisaran Islam.

Masa muda Alhazen bertepatan dengan dikuasainya Mesir oleh Ke-khalifahan Fatimiyah. Dikuasainya Mesir oleh Ke-khalifahan Fatimiyah dimulai setelah keberhasilannya menguasi lembah Nil pada tahun 969 M, yang akhirnya Mesir dijadikan ibukota baru ke-Khalifahan Fatimiyah.




Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen memulai pendidikan awalnya di Basrah. Pada awalnya, Alhazen menempuh pendidikan di Basrah untuk menjadi seorang pegawai negeri. dan Akhirnya, beliau pun diangkat menjadi menteri Basrah dan sekitarnya. Namun, saat menjadi menteri inilah beliau tidak senang dan akhirnya setelah melalui beberapa waktu untuk berfikir, beliau pun memutuskan untuk mengabdikan sisa hidupnya untuk matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lainnya.

Alhazen pun akhirnya meninggalkan jabatannya sebagai menteri di Basrah dan akhirnya pergi ke Mesir untuk memperdalam ilmu-ilmunya. Disana Alhazen atau Ibnu Haitham melakukan penelitian-penelitian ilmiah diabawah naungan Al-Hakim. Al-Hakim adalah raja Ke-kahalifahan Fatimiyah. Namun, saat Alhazen diperintahkan mengatur aliran Nil beliau gagal dan akhirnya dipindahkan oleh Al-Hakim untuk jabatan Administratif. Tapi Alhazen berpura-pura gila karena beliau tidak percaya kepada Al-Hakim dan menurutnya Al-Hakim adalah orang yang berbahaya.

Setelah kematian Al-Hakim, Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham membuktikan dirinya bahwa selama ini beliau hanya berpura-pura gila. Menurut Al-Qifti, Ibnu Haitham menghabiskan sisa hidupnya di dekat Masjid Al-Azhar. Disana Alhazen menulis buku tentang matematika, mengajar, dan menghasilkan uang melalui menyalin buku.

Sebenarnya, ada berbagai versi mengenai biografi Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haitham atau Alhazen. Seperti ada yang mengatakan beliau berpura-pura gila sejak di Basrah.

Untuk menghargai kontribusinya terhadap astronomi, nama beliau akhirnya di abadikan sebagai nama salah satu kawah di Bulan serta wajah beliaupun di abadikan sebagai gambar di salah satu mata uang Iraq.
Selama hidupnya Ibnu Haytham telah melahirkan berbagai karya-karya yang dituangkan dalam bentuk buku. Beliau telah menulis buku hasil buah pikirannya sekitar 200 Buku. Maka tak heran dan tak salah jika beliau disebut sebagai "Bapak Optik Modern, Bapak Fisika Modern, dan Bapak Metodologi Ilmiah". Namun, dari 200 buku karangannya, hanya 55 buku yang berhasil diselamatkan.




Salah satu karangan beliau yang terkenal adalah Bukunya yang berjudil Al-Manazir. Buku Al-Manazir ini disebut-sebut sebagai "Book of Optics". Ini dikarenakan buku ini merupakan kontributor terbesar dan data penelitian pertama yang menyangkut dengan bidang optik. Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa latin pada tahun 1270 M. Buku ini juga merupakan pedoman dasar ilmuwan-ilmuwan barat dalam membuat peneitian-penelitian tentang optik. Hingga muncllah nama-nama besar seperti Kepler dan Roger Bacon yang menemukan teleskop dan mikroskop.

Ibnu Haitham merupakan orang yang pertama kali yang memberikan gambaran akurat tentang bagian-bagian mata dan cara kerjanya terhadap rangsangan cahaya. Selain itu, Ibnu Haytham juga disebut sebagai Bapak Metodolodi Ilmiah karena beliau merupakan orang pertama yang membuat sebuah hipotesis berdasarkan penelitian yang benar dan sesuai dilapangan. Dia adalah orang pertama yang menyadari bahwa hipotesis perlu diuji melalui eksperimen diverifikasi atau bukti matematika, sehingga mengembangkan metode ilmiah 200 tahun sebelum diadopsi oleh para ilmuwan Eropa.
Dalam Bidang Matematika, Ibnu Haytham menemukan keterkaitan antara geometri dan aljabar yang kemudian disebut dengan analisis aljabar.  Dalam teori bilangan, kontribusinya melibatkan pemecahan masalah dari congruences menggunakan apa yang sekarang dikenal sebagai Teorema Wilson.




Sementara dalam bidang astronomi dan astrofisika, Beliau menulis buku Mizan Al-Hikmah. Dalam Bukunya itu Alhazen membahas kepadatan atmosfer dan hubungannya dengan tinggi badan. Menggunakan teori ini, ia juga berusaha untuk mengukur tinggi atmosfer homogen. Ia memaparkan penjelasan rinci tentang struktur bumi dan juga membuat model gerakan planet-planet tanpa kontradiksi yang melekat yang hadir dalam model Ptolemy. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya.

Karangan-Karang Beliau yang lain adalah :
Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya;
Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;
Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;
Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi semua tempat;
Maqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak dan
Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi

8. Fathimah Al Fitri Ibu Penemu Universitas.


Emansipasi wanita baru ada di Barat abad 19. Sementara sejak Islam lahir, kaum wanita sudah menjadi orang yang terpelajar dan terpandang. Contohnya saja Aisyah binti Abu Bakar. Beliau merupakan salah satu orang yang paling banyak ditanya tentang masalah kehidupan sehari-hari.  Bukan hanya oleh wanita, banyak laki-laki yang mengonsultasikan masalah padanya.
Tidak heran kalau 200 tahun kemudian, Fathimah Al Fitri bisa membuat universitas modern pertama di dunia. Universitas ini ada di kompleks masjid Al Qawariyin di Fez, Maroko. Sementara adiknya Maryam membuat universitas di Andalusia, Spanyol.
Pendiri pertama universitas di dunia ternyata seorang muslimah. Fakta yang sering dilupakan dunia, orang awam pun takkan mengira pendiri pertama universitas di dunia ternyata seorang muslimah. Kaum hawa patut bangga.
Adalah Fatimah Al-Fihri, muslimah Tunisia yang lahir 1216 tahun silam atau tepatnya 800M, mendirikan Universitas Al Karaouine (Al-Qarawiyyin) di Fes, Maroko, sebuah Universitas Pertama di dunia yang dibangun tahun 859M. Jauh sebelum Al Azhar, Cambridge, Harvard, Oxford didirikan.
Fatimah Muhammad Al-Fihri nama lengkapnya yang juga dijuluki Oum al Banine, yang berarti ibu dari anak-anak Fes.
Fatimah Al-Fihri hidup dalam sebuah keluarga yang sangat kaya dan keturunan bangsawan. Meskipun berasal dari keluarga kaya dan bangsawan, mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ayah Fatimah bernama Muhammad Al-Fihri, seorang pengusaha sukses di kota Tunisia yang kemudian bermigrasi ke Fes, Maroko pada masa pemerintahan Raja Idris II.
Fathimah Al-Fihri mempunyai saudara perempuan yang bernama Maryam. Kedua kakak-beradik itu merupakan putri-putri yang shalihah dan berpendidikan. Mereka pun sangat mencintai ilmu agama Islam dan sains khususnya arsitektur.
Setelah melakukan perjalanan dengan ayahnya dan menetap di distrik barat kota Fes Maroko, Fatimah dan Maryam mempunyai visi dan misi untuk kemajuan masyarakat di kota tersebut. Mereka bergaul dengan masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Sebagai langkah awal, FatimahAl-Fihri bersama kakaknya membentuk komunitas studi.
Fatimah menyadari pentingnya memiliki pusat-pusat studi keagamaan untuk menjaga pengetahuan Islam dan mengembangkan masyarakat intelektual. Untuk mencapai hal-hal tersebut, ia rela menyumbangkan kekayaan warisannya.
Setelah sang ayah meninggal dan diwarisi harta yang cukup, pada tahun 859 M Fatimah membangun masjid yang diberi nama Al-Qarawiyyin, yang kemudian pada abad 12 berkembang menjadi sebuah universitas yang menjadi pusat penting pendidikan dan merupakan universitas Islam dan paling bergengsi pertama di dunia.
Sedangkan Maryam, memutuskan untuk memberikan sebagian warisannya untuk membangun masjid Agung Al-Andalus. Adapun Masjid Al-Qarawiyyin yang sekaligus menjadi madrasah tersebut memainkan peran utama dalam menyebarkan cahaya pengetahuan dan tonggak untuk pertukaran budaya antara peradaban Islam dan Eropa.
Kisah hidup tentang al-Firhi bersaudara ini sangat menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
Bahkan Guiness Book of World Records telah mencatat kampus ini sebagai kampus tertua di dunia. Banyak sudah ilmuwan terkemuka yang lulus dari universitas tersebut.
Di antara ilmuwan terkemuka yang menjadi alumni kampus tertua ini terdapat beberapa nama seperti Ibn Rushayd Al-Sabti (wafat 1321), Mohammed Ibn Al-Hajj Al-Abdari Al-Fasi (wafat 1336), Abu Imran Al-Fasi(wafat 1015), Allal al-Fassi, Leo Africanus, Abd el-Krim el-Khattabi, Ibn Khaldun, Maimonides, Muhammad Taqi-ud-Din al-Hilali, Abdullah al-Ghumari dan beberapa tokoh lain. Tak hanya tokoh Islam, sebagian tokoh Yahudi juga pernah kuliah di kampus ini.
Universitas Al-Qarawiyyin adalah contoh sempurna tentang bagaimana Islam menggabungkan spiritual dengan pendidikan dan bahwa Islam tidak terpisah dari urusan kehidupan. Ini bukan hanya sebuah contoh bagaimana pendidikan dan agama bergabung disudut kecil dunia, tetapi menyoroti peran terhormat perempuan dalam masyarakat Islam yang merupakan aspek Islam yang sering disalah pahami.
Selain itu, selama abad pertengahan, Universitas Al-Qarawiyyin dianggap sebagai pusat intelektual utama di Mediterania. Reputasi yang sangat baik bahkan menyebabkan Gerber dari Auvergne belajar di Masjid. Gerber kemudian menjadi Paus Silvester II dan telah memperkenalkan angka Arab dan nol ke seluruh Eropa. Universitas ini tercatat lebih tua dibanding Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Situs tersebut mencatat, Universitas Al Azhar didirikan tahun 970-972.
Fatima Al-Fihri meninggal dunia pada tahun 880, semoga kisah hidupnya menginspirasi kita semua.
Karena jangan pernah lupakan sejarah. Islam pernah menguasai dunia dan banyak mewariskan ilmu pengetahuan serta membangun peradaban.
9. Al Zahrawi Sang Dokter Bedah.




Anak ingin jadi dokter bedah? Tahukah dia siapa yang merancang pisau bedah, bor, gunting, dan 200 lebih alat bedah yang masih digunakan sampai sekarang?
Al Zahrawi adalah dokter bedah yang merancang banyak peralatan bedah pada abad ke-10. Hasil temuannya ini masih digunakan hanya dengan sedikit perubahan.
Buku Al Zahrawi yang berjudul Al Tasrif diterjemahkan oleh Barat dan menjadi panduan operasi di sekolah-sekolah kedokteran selama berabad-abad.


Belum lengkap rasanya anak ingin jadi dokter tapi tidak kenal penemu besar Islam yang satu ini. Al Zahrawi.
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم) dikenal di Barat sebagai Abulcasis, adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa Islam abad Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
Abul Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama "El Zahrawi". Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah.
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapai – nya diagnosis yang akurat serta kemung – kin an pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter untuk berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi. Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis , Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013 M – dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Corboba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal. Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol
10. Ibnu Sina Bapak Kedokteran.



Anak Anda ingin jadi dokter? Ceritakan kisah Ibnu Sina pada anak Anda.
Ibnu  Sina  mampu  melakukan berbagai operasi bagi orang yang sakit. Salah satu yang terkenal adalah  operasi tulang. Padahal ia hidup di abad ke-11 saat teknologi belum semaju sekarang. Karyanya Al Qanun fi at-Tibb menjadi rujukan bagi dunia kedokteran sampai akhir abad ke-19. Buku ini diterjemahkan menjadi Canon of Medicine dan menjadi dasar bagi kedokteran Barat saat ini.
Ibnu Sina tidak membatasi dirinya hanya dalam bidang kedokteran saja. Ia sangat prihatin melihat takhayul dan mitos yang ada di masyarakat. Ini yang mendorongnya untuk mempelajari logika sains di balik fenomena alam. Ia mempelajari asal-muasal air dan pembentukan awan. Ia membuat buku tentang batu dan mineral serta meteorology. Ia mencari tahu bagaimana gunung terbentuk dan juga penyebab gempa bumi.
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai "Avicenna" di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan dan dokter kelahiran Persia(sekarang Iran). Ia juga seorang penulis yang produktif yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Pengobatan Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qānūn fī aṭ-Ṭibb yang merupakan Referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina, arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan dan meninggal bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. " George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter dan penulis aktif yang lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam. Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa ini meliputi matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada zaman Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan Dinasti Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang mendukung bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahun dunia Islam.
Ilmu ilmu lain seperti studi tentang Al-Quran dan Hadist berkembang dengan perkembangan dengan suasana perkembangan ilmiah. Ilmu lainya seperti ilmu filsafat, Ilmu Fikih, Ilmu Kalam sangat berkembang dengan pesat. Pada masa itu Al-Razi dan Al-Farabi menyumbangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pengobatan dan filsafat. Pada masa itu Ibnu Sina memiliki akses untuk belajar di perpustakaan besar di wilayah Balkh, Khwarezmia, Gorgan, Kota Ray, Kota Isfahan dan Hamedan. Selain fasilitas perpustakaan besar yang memiliki banyak koleksi buku, pada masa itu hidup pula beberapa ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-Biruni seorang astronom terkenal, Aruzi Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang matematikawan terkenal dan sangat teliti, Abu al-Khayr Khammar seorang fisikawan dan ilmuwan terkenal lainya.

Mengenalkan tokoh-tokoh besar Islam pada anak akan memberikan imej kepribadian unggul yang akan jadi teladan bagi anak. Anak akan menjadi termotivasi untuk mempelajari alam ciptaan Allah seperti tokoh-tokoh ini. Anak akan banyak berinisiatif untuk meneruskan tongkat  estafet menjadi pemimpin di muka bumi.
Anak menjadi terdorong untuk berkarya seperti para penemu ini. Orang-orang yang menjadi rahmatan  lil alamin. Kelak anak-anak akan bisa menggenggam dunia namun tetap menjaga agar hanya Allah yang ada  di dalam hatinya. Layaknya para tokoh besar Islam ini.



Related : 10 Kisah Penemu Muslim Yang Bersejarah Di Seluruh Dunia

0 Komentar untuk "10 Kisah Penemu Muslim Yang Bersejarah Di Seluruh Dunia"

Thanks banget ya udah Baca postingan dari saya. Silahkan Ikuti dan Share jika kalian suka & jangan lupa coment dibawah yah guys✌
Saya usahain akan balas semua coment dari kalian..☺

Note: Only a member of this blog may post a comment.

iklan

">