MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM (BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI)


MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM
(BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI)


DOSEN PENGAMPU
Drs.SYAMSUDDINAZIZ, M.Ap


DISUSUN OLEH

BEJO
160131

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
WIDYA PRAJA TANAH GROGOT
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena atas karunia,taufiq dan hidayah-Nya lah,penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas  penulis dalam mata kuliah Manajemen sumber daya alam yang alhamdulillah dapat penulis selesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk penulis,namun juga untuk pihak-pihak yang berkenan meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini.
 Mengingat keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa, penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi. Salah dan khilaf penulis mohon maaf.

                         
Tanah  Grogot, 25 Oktober  2017


                                                Penulis,








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….……  ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………...…  1
1.1  LATAR BELAKANG…………………………………………………...……  1
1.2  TUJUAN PENULISAN……………………………………………...……….  1
1.3  RUMUSAN MASALAH………………………………...……………...……  1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………...…......   2
2.1KLASIFIKASI TANAMAN KEDELAI…………………………………......            2
            2.2MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI…………………….......…………....            2
            2.3 PERENCANAAN & PEMBIAYAAN…………………………………….....  2
            2.4 HASIL………………………………………………………………………...   2
2.5 KEUNTUNGAN……………………………………………………………...  2

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………...…   3

            3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………..…...   3
            3.2 SARAN…………………………………………………………………….....   3

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................  3





BAB I

PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Sumber daya alam merupakan unsur lingkungan yang terdiri atas sumber daya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak, bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.
Manusia memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsipekoefisiensi. Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan kelanjutan SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.

1.2              Tujuan Penulisan

1. Memberikan pengetahuan cara budidaya tanaman kedelai yang baik dan benar.
2. Memberikan informasi tentang cara pengendalian hama penyakit tanaman kedelai.
1.3              Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara budidaya tanaman kedelai ?
2. Bagaimana strategi pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Menurt Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :
Kingdom          : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Super Divis i    : Spermatophyta
Divisi                : Magnoliophyta
Kelas                 : Magnoliopsida
Sub Kelas          : Rosidae
Ordo                  : Fabales
Famili                : Fabaceae
Genus                : Glycine
Spesies              : Glycine max (L.) Merr.
2.2 Morfologi Tanaman Kedelai
A. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.





B. Batang
                 Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate(Kanisus,1989). Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat,1985). Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).
C. Daun
             Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danartidkk,1995). Pada buku pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Andrianto, 2004).
            Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).
2.3 Syarat Tumbuh
 Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanamankedelaidibandingkaniklimlembab(Sumarno,1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanamankedelaimembutuhkancurahhujanantara100-200mm/bulan.
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006).








BAB III 
 METODE PENULISAN
1. Metodeyangdigunakanadalah:Deskriptif
2. metode sumber informasi melalui : Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature diinternet.
3. pengolahan informasi dengan : : Analisis-sintesis
4. Pengambilan simpulan : berdasarkan hasil pembahasan yang kritis, analitis dan menyeluruh



BAB IV
PEMBAHASAN



A. CARA BUDIDAYA KEDELAI
 Teknik Budidaya
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah.Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari je-rami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah.
Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit. Teknik produksi yang cukup intensif adalah sebagai berikut :
 Seleksi Bibit Kedelai
                Bibit yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna seragam (putih, kekuning-kuningan). Jumlah bibit antara 40 – 50 kg per ha untuk tanaman monokultur, sedangkan untuk tanaman tumpangsari dengan jagung, yaitu 30 kg biji kedelai dan jagung 20 kg per ha.
Pengolahan Tanah
              Di lahan kering dengan tanaman tumpang sari, tanah diolah dua kali dengan alat bajak dan luku, sedangkan di sawah dengan tanaman monokultur, tanah dibersihkan dari jerami, kemudian tanah diolah satu kali.Untuk tanah yang pH-nya rendah, diberi kapur atau dolomit antara 200 – 300 Kg per ha. Pada saat ini juga tanah diberi pupuk dasar, yaitu pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg untuk monokultur, sedangkan bila tumpang sari dengan jagung dosisnya adalah sebanyak 200 kg – 250 kg per ha.
Penanaman Kedelai
Untuk tanaman monokultur, biji kedelai dimasukan dalam lubangang telah dibuat. Untuk tanaman tumpang sari, biji jagung ditanam ter-lebih dahulu dan 2 – 3 minggu kemudian baru ditanam kedelai.Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai bahwa setiap lubang tanam diisi 5 biji, bahkan ada yang sampai 7 – 9 biji sehingga terjadi pemborosan benih yang cukup banyak. Di sisi lain, pertumbuhan tanaman mengalami etiolisasisehingga dapat mengakibatkan tanaman menjadi mudah roboh. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15 – 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000 – 500.000 tanaman per hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak menunjukkan perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan. Hal 23 yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam petakan.


Tabel Jarak Tanam Kedelai Pada Berbagai Keadaan Lingkungan
Lingkungan
Jarak tanam
(cm x cm)
Populasi Tanaman/Ha

a.      Tanah kurus atau air kurang




b.      Kesuburan tanah sedang, pengairan cukup







c.       Tanah subur, pengairan cukup

10 x 35
10 x 40
20 x 20
15 x 25


10 x 50
5 x 50
10 x 45
15 x 35
15 x 40
20 x 25
20 x 30


15 x 45
7,5 x 45
15 x 50
20 x 35
20 x 40
25 x 25
25 x 30


571.428
500.000
500.000
533.333


400.000
400.000
444.444
380.952
333.332
400.000
333.333


296.296
 296.296
266.666
 285.714
 250.000
 320.000
 266.666

Penyiangan Dan Pemupukan
             Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 30 – 35 hari, dan setelah itu langsung dipupuk, yaitu untuk tanaman monokultur dengan 50 kg urea dan 50 kg KCl. Bila kondisinya masih kurang baik, maka penyiangan dilakukan lagi pada umur 55 hari.Sedangkan untuk tanaman tumpangsari penyiangan dilakukan pada umur jagung 40 – 45 hari dan setelah itu diberi pupuk sebanyak 350 kg urea dan 100 kg KCl.
Pengairan/Drainase
               Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik, maka bila kekurangan air, tanaman perlu diberi pengairan, terutama pada umur 1 – 50 hari. Demikian pula bila tanahnya terlalu banyak air, perlu adanya drainase.
Panen
                 Panen kedelai dilakukan bila sebagian daunnya sudah kering. Caranya adalah dengan mencabut batang tanaman, termasuk daunnya. Selanjutnya dijemur dan setelah kering, batang berbuah tersebut dihamparkan diatas tikar bambu. Kemudian dipukul-pukul agar bijinya jatuh ketikar. Selanjutnya biji kedelai dimasukkan dalam karung.
B. Strategi Pengendalian Hama Kedelai dengan Teknik Budidaya
              Salah satu kendala dalam peningkatan produksi kedelai adalah gangguan hama. Serangan hama pada tanaman kedelai dapat menurunkan hasil sampai 80%. Tanaman kedelai disukai oleh hama dan penyakit, terbukti dengan banyaknya hama yang menyerang, yakni hama yang terdapat dalam tanah, lalat bibit, ulat daun, hama penggerek batang dan hama polong kedelai.
              Teknik pengendalian dengan teknik budidaya merupakan teknik pengendalian yang murah, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan mudah dikerjakan oleh petani perseorangan atau kelompok. Untuk mengembangkan teknik pengendalian ini diperlukan pengetahuan sifat-sifat ekosistem setempat, khususnya tentang ekologi dan perilaku hama, seperti bagaimana hama memperoleh berbagai persyaratan bagi kehidupannya termasuk makanan, perkawinan, dan tempat persembunyian untuk menghindari dari cuaca buruk dan musuh alami. Pengetahuan tentang biologi dan ekologi hama dapat membantu memahami titik lemah hama, sehingga dapat diketahui fase hidup hama yang paling tepat untuk  dilakukan pengendalian. Upaya pengendalian hama kedelai dengan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara :
1. Penanaman kedelai umur genjah seperti varietas Grobogan, Malabar, dan Tidar (umur 74-78 hari) merupakan salah satu usaha untuk memper- pendek akumulasi tanaman terserang hama, mengurangi kesesuaian ekosistem dan mengganggu penyediaan makanan atau keperluan hidup hama.
2. Penggunaan varietas tahan hama, seperti Lumajang Bewok, Gumitir, Tidar, Kerinci, dan Agropuro yang tahan hama lalat bibit. Varietas Ijen, Panderman dan Argopuro tahan ulat grayak. Varietas Gumitir dan Ar gopuro tahan hama penghisap polong. Penanaman varietas tahan merupakan teknik budidaya untuk mengurangi dampak kerusakan tanaman dan mengurangi kesesuaian ekosistem hama.
3. Penggunaan tanaman perangkap jagung dengan berbagai umur (genjah sedang dan dalam) yang ditanam di sekeliling pematang areal pertanaman kedelai dapat mengurangi serangan hama ulat polong kedelai. Penanaman tanaman perangkap Sesbania rostata di pematang dapat mengurangi serangan hama penghisap polong.
4. Rotasi atau pergiliran tanaman antara kedelai, padi, atau dengan tanaman bukan kacang-kacangan dapat memutus siklus hama dan menekan populasi hama kedelai seperti lalat kacang, kutu kedelai (Bemisia tabaci), ulat jengkal, kumbang kedelai, kepik polong dan penggerek polong.
C. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI
Perkembangan tanaman kedelai selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup besar, lebih dari 50%, baik dalam luasan areal maupun produksinya. Pada tahun 1992, luas areal tanaman kedelai mencapai 1,6 juta ha, sedangkan pada tahun 2003, luas areal hanya 600.000 ha. Total produksi selama periode yang sama menurun dari 1,9 juta ton menjadi 700 ribu ton. Ada dua masalah yang saling terkait dan berpengaruh terhadap perkembangan kedelai, yaitu faktor teknis dan sosial-ekonomi. Faktor teknis yang berpengaruh terhadap perkembangan kedelai yaitu kualitas 35 benih yang ditanam, cara tanam, cara pemeliharaan tanaman, serta panen dan penanganan pascapanen. Adapun faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi usaha tani kedelai di tingkat petani, diantaranya yaitu luas pemilikan lahan, status tanaman kedelai, modal, dan resiko. Pertanaman kedelai di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa (60%); Sumatra (15%); Nusa Tenggara Barat (5%); serta selebihnya tersebar di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTT, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut mencerminkan adanya perbedaan sumber daya yang akhirnya menyebabkan adanya keragaman dalam usaha tani kedelai yang dilakukan oleh petani. Hal ini pula yang menyebabkan biaya dan keuntungan yang diperoleh petani bervariasi. Pengeluaran biaya dalam usaha tani kedelai yang berbeda tersebut antara lain harga benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain.
A.    Biaya dan Keuntungan
Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani kedelai mengambil data dari salah satu sentra pertanaman kedelai di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Mojokerto pada tahun 2004. Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan sebagai berikut : • Lahan budidaya kedelai seluas 1 ha, berupa lahan sewa. • Upah 1 hari tenaga kerja pria (HKP) senilai Rp 15.000/hari. • Upah 1 hari tenaga kerja wanita (HKW) senilai Rp 10.000/hari. • Harga jual biji kedelai saat panen di tingkat petani Rp 3.000/kg. • Volume produksi sebanyak 2.000 kg. 1. Biaya Secara umum, biaya yang digunakan pada kegiatan usaha tani dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam jumlah yang tetap dan tidak terpengaruh oleh jumlah produk yang akan dihasilkan. Sementara yang dimaksud dengan biaya tidak tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Ini berarti, semakin besar produk yang dihasilkan maka akan semakin besar pula jumlah biaya yang harus dikeluarkan.
a.       Biaya tetap Biaya tetap yang diperlukan pada kegiatan usaha tani kedelai seluas 1 ha selama satu musim tanam (3 bulan) sebagai berikut :
• Sewa lahan 1 ha ......................................................Rp 500.000

b.      Biaya tidak tetap (variabel) Biaya tidak tetap pada usaha tani kedelai sebagai berikut :
• Biaya benih kedelai sebanyak 60 kg
@ Rp 5.000/kg .........................................................Rp 300.000

• Biaya pupuk
1)      Pupuk urea sebanyak 50 kg
@ Rp 1.450 .........................................................Rp 72.500
2) Pupuk SP36 sebanyak 50 kg
@ Rp 2.100 ........................................................Rp 105.000
3) Pupuk KCl sebanyak 50 kg
@ Rp 2.250 ........................................................Rp 112.500
Total biaya pupuk ...............................................Rp 290.000


• Biaya pestisida
1) Padat 1 kg
@ Rp 15.000 ......................................Rp 15.000
2)      Cair 1 liter
@ Rp 100.000 ...................................Rp 100.000
Total biaya pestisida ...........................................Rp 115.000
• Biaya tenaga kerja (penyiapan lahan, tanam, pemeliharaan, panen, dan proses)
1)      70 HKW
@ Rp 10.000 ........................................Rp 700.000
2)      40 HKP
@ Rp 15.000 .........................................Rp 600.000
Total biaya tenaga kerja ..................................Rp 1.300.000
Total biaya variabel .........................................Rp 2.005.000

Total biaya produksi = Biaya tetap + Total biaya variabel
= Rp 500.000 + Rp 2.005.000
 = Rp 2.505.000
2. Pendapatan dan keuntungan Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal tanam 1 ha selama satu musim tanam (3 bulan) mencapai 2 ton/ha. Bila harga jual pada saat panen dapat mencapai Rp 3.000/kg maka pendapatan yang diperoleh petani sebagai berikut :
Pendapatan = Volume produksi x Harga jual
= 2.000 kg x Rp 3.000/kg
= Rp 6.000.000
Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai seluas 1 ha sebagai berikut :
Keuntungan = Pendapatan Total biaya produksi
= Rp 6.000.000 – Rp 2.505.000
= Rp 3.495.000

B.     Analisis Kelayakan Usaha
Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan beberapa cara, antara lain return of investment (ROI) dan perbandingan biaya dengan pendapatan (benefit cost ratio, B/C rasio). 1. Return of investment (ROI) Return of investment merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan total biaya produksi. Cara ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan modal atau mebgukur keuntungan usaha tani dalam kaitannya dengan jumlah modal yang diinvestasikan. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
ROI  =   Pendapatan  
Total biaya produksi
          =  Rp 6.000.000  = 2,39
   Rp 2.505.000
Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 2,39. Berarti, setiap modal Rp 1 yang dikeluarkan untuk usaha tani kedelai akan 38 menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,39. Dengan demikian, usaha tani kedelai tersebut dinilai efisien dalam penggunaan modal.
2. Benefit cost ratio (B/C rasio)
Benefit cost ratio (B/C rasio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara keuntungan bersih dengan total biaya produksi sehingga dapat diketahui kelayakan usaha taninya. Bila nilai B/C rasio lebih besar dari 1, berarti usaha tani tersebut layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, bila nilai B/C rasio lebih kecil dari 1, usaha tani tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
B/C rasio =  Pendapatan        
                  Total biaya produksi
=   Rp 3.495.000 = 1,39
     Rp 2.505.000
Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani kedelai senilai 1,39. Artinya, setiap satuan biaya yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan sebesar 1,39 kali lipat. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tani kedelai layak untuk dikembangkan.

BAB V
KESIMPULAN
             Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang sangat populer di Indonesia. Kedelai mengandung nilai gizi yang tinggi, kandungan gizi kedelai sangat bermanfaat bagi kesehatan salah satu contohnya kedelai dapa mencegah kanker. Selain itu kedelai dapat diolah untuk berbagai bahan pangan seperti tauge, tempe kecap dll. Tanaman kedelai sering diserang hama dan penyakit maka dari itu upaya pengendalian hama dan penyakit dengan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara :
• Penggunaan varietas unggul.
• Penggunaan tanaman perangkat jagung.
•Rotasi atau penggiliran tanaman.
• Tumpang sari kedelai dengan jagung. Dengan cara ini dapat mengurangi serangan dari hama dan penyakit.
• Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam.
• Tujuan pembentukan varietas unggul kedelai ini yaitu untuk meningkatkan produktivitas kedelai yang tidak dapat dipecahkan melalui pendekatan agronomi.
• Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain.
• Pertumbuhan tanaman kedelaiyang optimal tidak akan mempunyai produktivitas yang baik bila hama dan penyakit tidak dikendalikan dengan baik.
• Salah satu faktor penting yang dapat menentukan produktivitas kedelai yaitu penanganan panen dan pascapanen. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain saat dan umur panen, penjemuran, pembijian, pembersihan biji, dan penyimpanan.







DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta.
Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8
Anonim. 2014. Strategi Pengendalian Hama Kedelai dengan Baik dan Benar. -. Retrieved November 20, 2014 from http://disperta.jambiprov.go.id/index.php/news/read/93/Strategi-Pengendalian-Hama-Kedelai-dengan-Teknik-Budidaya
Arifin, Z. 2012. Teknologi Amelioran Pada Budidaya Kedelai. -. Retrieved November 20, 2014 from http://zainalarifin-belillas.blogspot.com/2012/05/teknologi-amelioran-pada-budidaya.html
Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan Teknik Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.
Bertham, Y.H. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill) Terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah Ultisol”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Vol.4 No.2 Hal: 78-83.
Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya Jakarta.
Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et al.(penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor; 95-132 hlm.
Irwan, W.A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Padjajaran: Jatinangor.
Nadhifatu, S. 2013. Cara Budidaya Kedelai. -. Retrieved November 12, 2014, from http://syifanadhifatu25.blogspot.com/2013/11/makalah-cara-membudidayakan-kedelai.html
Recha, F. 2011. Budidaya Kedelai. -. Retrieved November 20, 2014 from http://friskacha.blogspot.com/2012/11/makalah-budidaya-kedelai.html
Suprapto. 1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya.






Related : MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM (BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI)

0 Komentar untuk "MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM (BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI)"

Thanks banget ya udah Baca postingan dari saya. Silahkan Ikuti dan Share jika kalian suka & jangan lupa coment dibawah yah guys✌
Saya usahain akan balas semua coment dari kalian..☺

Note: Only a member of this blog may post a comment.

iklan

">